Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) lanjut menguat akibat prediksi kenaikan harga yang diungkapkan oleh dua analis terkemuka dunia, seperti dikutip CNBC Indonesia. Pada perdagangan hari Rabu (31/7/2019) pukul 11.00 WIB, harga CPO acuan kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) menguat 0,19% ke level MYR 2.065/ton (US$ 501/ton; asumsi kurs MYR 4,12/US$).
Analis industri sawit Doab Mistry mengatakan bahwa harga CPO akan naik dan menyentuh level MYR 2.200/ton (US$ 534/ton) atau Rp 7,48 juta/ton pada bulan September 2019 disebabkan oleh siklus produksi sawit yang akan melambat pada periode tersebut. “Saya yakin tren penguatan harga CPO masih memiliki ruang…. bisa naik hingga MYR 2.200/ton pada September. Itu akan membuat harga olein naik ke kisaran US$ 550-560/ton,” ujar Mistry dalam sebuah konferensi, dikutip Reuters.
Meski demikian, Mistry memberi peringatan akan kenaikan produksi pasca-September. Ia juga memperkirakan total produksi minyak sawit Malaysia pada 2019 akan mencapai 20,3 juta ton, sedangkan Indonesia 45 juta ton.
Angka proyeksi tersebut lebih tinggi ketimbang prospektus yang sama pada bulan April 2019. Produksi minyak sawit Malaysia dan Indonesia pada 2019 diperkirakan masing-masing sebesar 30 dan 44 juta ton.
“Sejak sekitar Juli-Agustus 2018, siklus produksi sawit di Malaysia sedang tinggi. Siklus ini berlangsung hingga Maret 2019. Setelah itu pohon [sawit] akan membutuhkan periode istirahat sekitar enam bulan. Di Malaysia, kita akan melihat pemulihan produksi setelah bulan September,” ujar Mistry, yang menjabat direktur perusahaan consumer goods di India, Godrej International.
Mistry memperkirakan impor minyak nabati India sepanjang tahun fiskal 2018/2019 akan meningkat menjadi 15,3 juta ton dari yang sebelumnya 15 juta ton. Namun, proyeksi tersebut sedikit turun dari yang sebelumnya yang sebesar 15,5 juta ton. Sebagai informasi, Dorab Mistry juga merupakan.
Sementara analis terkemuka lain, Thomas Mielke memperkirakan harga minyak sawit akan pulih pada semester II/2019.
“Kombinasi pertumbuhan konsumsi untuk biosolar dan makanan, dan perlambatan produksi akan menjaga harga lebih tinggi sepanjang sisa pada 2019 dan 2020,” ujar Mielke.
Di Indonesia, konsumsi minyak sawit untuk biosolar akan naik lebih dari 3 juta ton pada tahun 2019, membuat total konsumsi melonjak ke level 14,8 juta ton. Kenaikan itu tidak terlepas dari komitmen pemerintah untuk mempercepat peningkatan konsumsi minyak sawit melalui program B30. Bila program B30 telah berlangsung secara penuh, artinya campuran minyak sawit untuk biosolar akan sebesar 30%.
Di sisi lain, harga minyak sawit akan terdorong akibat produksi kedelai India yang diperkirakan turun 6,6% ke level 9,8 juta ton pada tahun fiskal 2019/2020. Kala produksi kedelai India turun, kemungkinan peningkatan impor akan membantu harga CPO. Pasalnya, minyak kedelai merupakan substitusi dari minyak sawit. Dan lagi India merupakan negara importir minyak sawit terbesar di dunia.